What will it take …

to end a hunger?

Almost 1 billion people go to bed hungry every night.
What will it take to end hunger?

Seorang petani tampak sedang memanggul padi yang baru saja dia panen. Efek sephia fotonya buat saya menghasilkan kesan kekeringan, dan bukannya hijau sebagaimana suasana di pesawahan biasanya. Kesan tadi mungkin berhubungan dengan tema hunger (kelaparan) yang ingin disampaikan melalui kampanye #whatwillittake “to end a hunger” Bank Dunia (World Bank) yang bisa ditemukan di halaman facebook-nya. Di bawah gambar tertulis keterangan, “Hampir 1 milyar orang tidur dalam keadaan lapar setiap malam.”

Sebuah ironi, mengingat utang dari bank dunia yang sebetulnya kian memiskinkan, sebagaimana terbukti melalui hasil penelitian ICW yang dilaporkan Kompas berikut ini,

Utang dari Bank Dunia Terbukti Kian Memiskinkan

Jakarta, Kompas – Utang dari Bank Dunia untuk mengentaskan kemiskinan senilai 83,7 juta dollar AS yang dikucurkan melalui berbagai proyek, seperti proyek peningkatan produksi pangan, menyebabkan masyarakat miskin di pedesaan Indonesia semakin miskin. Orang yang tadinya tidak mempunyai utang akhirnya terjebak dalam lilitan utang.

Demikian hasil penelitian Indonesian Corruption Watch (ICW) terhadap proyek yang didanai Bank Dunia di dua provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tengah (Sulteng). Di NTB, proyek berlangsung enam tahun (1996-2002), sedangkan di Sulteng selama tujuh tahun (1996-2003).

“Tujuan penelitian ICW itu bukan untuk mengatakan proyek itu benar atau salah, tetapi untuk mengetahui apa dampak proyek itu terhadap masyarakat,” kata Ketua ICW Teten Masduki dalam peluncuran dan diskusi buku Utang yang Memiskinkan di Jakarta, Selasa (30/4).

Menurut Teten, kegagalan Bank Dunia itu terutama karena desain proyek bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, melainkan sesuai dengan keinginan Bank Dunia sendiri. Selain itu, tidak pernah ada yang menjelaskan maksud dan tujuan proyek tersebut kepada masyarakat yang diberi utang.

Bahkan, Bank Dunia tidak memonitor pengucuran utang tersebut. Bank Dunia hanya mementingkan tingkat pengembalian utang (repayment) sebesar 80 persen dan perguliran kredit (revolving fund). Bank Dunia juga membiarkan dana proyek tersebut dikorupsi di segala lini.

Di NTB, total anggaran yang disediakan adalah 41,1 juta dollar AS, dengan komposisi 60 persen loan senilai 27 juta dollar AS dan 35 persen dana pemerintah 14,1 juta dollar AS. Sementara itu, di Sulteng, total anggaran proyek sebesar 42,6 juta dollar AS dengan komposisi 63 persen loan senilai 26,8 juta dollar AS dan dana pemerintah sebanyak 37 persen senilai 15,8 juta dollar AS.

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F24277/Utang%20dari%20Bank%20Dunia%20Terbukti%20Kian%20Memiskinkan.htm

Leave a comment