Perusahaan Inggris Memata-matai 50 Juta Warga Indonesia

Hal ini terungkap pada ISS World, sebuah pameran perdagangan teknologi pengintaian, Mei 2008 yang lalu. ThorpeGlen, perusahaan yang berbasis di Inggris menawarkan kepada para analis intelejen sebuah interface grafis pada software pencari lokasi telepon dan data panggilan, yang bisa mengetahui posisi dan seluruh aktivitas pelanggan telepon seluler, seperti nomer yang sering dihubungi atau sebaliknya, penggantian kartu SIM atau telepon, bahkan juga menganalisa seluk-beluk kepribadiannya, seperti minat, komunitas, dan sebagainya.

Seperti diberitakan CNET, dalam presentasinya wakil presiden penjualan global ThorpeGlen memamerkan produk perusahaannya dengan menggali sebuah datasheet satu minggu yang berisi data panggilan dari 50 juta pengguna di Indonesia, yang telah dikerucutkan untuk menemukan satu kelompok tertentu.

Slide dari “Identification of Nomadic Targets ” ISS Webinar

Dijelaskan bahwa software ini dapat mengetahui berapa banyak handphone yang dimiliki pengguna, berapa banyak SIM-nya, akun internet dan password login-nya, lokasi yang dikunjungi, IP address, MAC address, dan Metadata komputer yang digunakan, serta telepon PSTN yang digunakan untuk melacak sasaran tertentu melalui seluruh komunikasi elektroniknya, mendeteksi penggantian SIM atau handset setelah mengidentifikasi satu saja dari nomer sasaran, bahkan bisa mendeteksi profil itu lagi meski telepon dan kartu SIM-nya diganti.

Produk ThorpeGlen terlihat sebagai mashup Google Earth + data lokasi telepon (dalam hal ini, 50 juta orang di Indonesia)

Terkait hal ini, Albert Gidari, seorang pengacara dan partner pada Perkins Coie yang sering mewakili industri nirkabel dalam masalah yang berhubungan dengan informasi lokasi dan privasi data, menjelaskan,

Jaringan (networks) semakin terpilah dan bisa didapatkan melalui outsourcing, dari pusat layanan customer service di seberang lautan dengan akses penuh atas data sampai komponen dan proses infrastruktur kunci. Satu komunikasi ditangani oleh lebih banyak pihak daripada sekedar provider yang bisa disebutkan hari ini. Selain itu, protokol interoperabilitas termasuk pengindentifikasi jaringan–mengirim pesan dari perusahaan A ke perusahaan B dan penerimaan kiriman dapat mencakup lokasi dan informasi lainnya. Memang seperti inilah sistemnya dirancang–lokasi itu mengenai tagihan pada tahun-tahun yang lalu dan tidak ada yang merasa harus membatalkan protokol yang ada ketika model bisnis berubah dan interoperabilitas menjadi praktek umum atau ketika begitu banyak perusahaan-perusahaan penyampaian pesan baru hadir…Maksud saya adalah, ada banyak titik masuk–walaupun lebih tidak mudah daripada toko one-stop shopping dengan carrier besar–untuk mendapatkan informasi termasuk data real-time.

Sementara akses masyarakat atas informasi dan penyebarannya dibatasi berbagai alasan dan aturan seperti UU ITE, HAKI, Kerahasiaan Negara, dan lain-lain, sebaliknya akses perusahaan dan negara atas data pribadi masyarakat demikian besar, bahkan dapat diperjual-belikan secara bebas diantara mereka tanpa sepengetahuan apalagi ijin kita.

Ironisnya, seperti bisa kita lihat pada kasus Prita Mulyasari, bahkan untuk sekedar berbagi cerita mengenai kejadian yang menimpa dirinya sendiri pun seorang warga bisa dikenai tuntutan hukum. Karena itu sangat disayangkan bahwa sama sekali tidak terdengar ada keberatan apalagi tuntutan dari pemerintah RI mengenai hal ini, padahal selain mengganggu privasi dan melanggar hak asasi kita sebagai konsumen maupun warga negara, apa yang dilakukan ThorpeGlen dan mitra provider telekomunikasi lokalnya tentu saja merupakan kegiatan intelejen asing di wilayah RI yang melanggar kedaulatan negara.

Gejala ini menunjukkan jika masyarakat sebagai warga negara tampaknya lebih diperlakukan sebagai objek dan komoditas bagi perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah tanpa memperoleh perlindungan apapun atas hak-haknya. Bahkan, meski tidak diketahui apakah teknologi ini telah dipergunakan sekarang atau tidak, tapi pastinya Depkominfo turut hadir dalam pameran yang menjual data pribadi warga negaranya tadi.

 

Keterangan lebih lanjut bisa dibaca di:

Exclusive: Widespread cell phone location snooping by NSA?, http://news.cnet.com/8301-13739_3-10030134-46.html
Censored: UK Company ThorpeGlen spies on 50 million Indonesians 2008, http://wikileaks.org/wiki/Censored:_UK_Company_ThorpeGlen_spies_on_50_million_Indonesians_2008
Daniel Soar, Short Cuts, http://www.lrb.co.uk/v30/n16/daniel-soar/short-cuts
Surveillance trade shows: which government agencies attend?, http://www.guardian.co.uk/news/datablog/2012/feb/07/surveillance-shows-attendees-iss-world
Big Brother is Watching – Privacy, Censorship, and Staying Anonymous, http://rezn8d.net/2012/01/29/big-brother-is-watching-privacy-censorship-and-staying-anonymous/
Indonesia: People Power 2.0, http://advocacy.globalvoicesonline.org/2009/06/15/indonesia-people-power-20/

Leave a comment